Sejarah mencatat, warga Aceh dengan keikhlasan luar biasa menyumbangkan pesawat pertama bagi Republik Indonesia. Pesawat itu, yang kemudian menjadi cikal bakal Garuda Indonesia, adalah simbol persatuan dan semangat gotong royong di masa-masa sulit.
Namun, seiring berjalannya waktu, jasa itu seolah terlupakan, menyisakan kerinduan dan harapan akan pengakuan yang lebih nyata. Meski di era Jokowi sudah dilakukan beberapa upaya seperti hadiah umrah dan pembangunan masjid.
Kini, saatnya Garuda Indonesia merajut kembali kenangan itu, bukan hanya dengan ucapan terima kasih, tetapi dengan tindakan nyata yang memberikan dampak jangka panjang bagi masyarakat Aceh. Langkah ini bukan sekadar pelunasan utang sejarah, tetapi juga investasi untuk masa depan yang lebih baik.
Salah satu langkah konkret yang bisa diambil oleh direksi Garuda Indonesia saat ini adalah dengan membentuk founders fund atau dana abadi yang diperuntukkan bagi keturunan para penyumbang. Dana ini akan menjadi modal awal bagi pengembangan usaha-usaha produktif, dengan Garuda Indonesia sebagai pemegang saham minoritas.
Usaha yang dikembangkan bisa beragam, namun idealnya fokus pada sektor penerbangan. Misalnya, pendirian maskapai lokal yang melayani rute-rute penerbangan di Aceh, termasuk bandara-bandara perintis. Kerjasama dengan Pemerintah Aceh melalui PT PEMA, BPMA, SMK, atau politeknik penerbangan Aceh dapat memperkuat sinergi ini.
Selain itu, sektor pariwisata juga memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Dana abadi ini dapat digunakan untuk mendukung usaha-usaha yang terkait dengan pariwisata, seperti pengembangan homestay, restoran, atau jasa transportasi.
Pendekatan win-win solution harus menjadi landasan utama, memastikan keuntungan bagi kedua belah pihak.
Dana awal yang dialokasikan tidak perlu besar, antara 5-10 miliar rupiah. Namun, yang lebih penting adalah komitmen jangka panjang dan transparansi dalam pengelolaan dana.
Hibah aset dari Garuda Indonesia dan anak-anak perusahaannya, seperti pesawat kecil atau peralatan pendukung lainnya yang tidak membebani namun masih bisa dimanfaatkan di Aceh, dapat menjadi tambahan yang berharga.
Dalam akta pendirian dana abadi, perlu ditegaskan bahwa langkah ini merupakan bentuk penghargaan dan pelunasan jasa warga Aceh. Dengan demikian, isu "utang" Garuda Indonesia tidak perlu lagi diungkit di masa depan.
Lebih dari sekadar investasi finansial, Garuda Indonesia juga dapat memberikan pelatihan dan pendampingan bagi para penerima manfaat dana abadi. Transfer pengetahuan dan keterampilan ini akan meningkatkan kapasitas mereka dalam mengelola usaha secara profesional dan berkelanjutan.
Selain itu, program beasiswa pendidikan di bidang penerbangan bagi putra-putri Aceh juga dapat menjadi bentuk penghargaan yang bermakna. Langkah ini akan mencetak generasi muda Aceh yang kompeten di industri penerbangan, yang pada akhirnya akan memberikan kontribusi bagi kemajuan daerah.
Garuda Indonesia juga dapat memanfaatkan jaringan dan pengaruhnya untuk mempromosikan pariwisata Aceh di tingkat nasional dan internasional. Dengan demikian, dampak ekonomi dari kerjasama ini akan semakin luas dan berkelanjutan.
Penting untuk diingat, langkah-langkah ini harus dilakukan dengan pendekatan yang inklusif dan partisipatif. Libatkan tokoh-tokoh masyarakat, akademisi, dan pelaku usaha di Aceh dalam proses perencanaan dan pelaksanaan program.
Dengan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan, Garuda Indonesia tidak hanya membalas jasa warga Aceh, tetapi juga membangun kemitraan yang saling menguntungkan. Langkah ini akan menjadi simbol rekonsiliasi dan semangat kebersamaan yang akan dikenang sepanjang masa.
Dibuat oleh AI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar