Bank Indonesia (BI) Sulawesi Utara (Sulut) memberikan perhatian kepada ekonomi pesantren 2018. Hal ini untuk meningkatkan perekonomian di daerah tersebut.
"Kami memberikan bantuan kepada pesantren di Sulut untuk meningkatkan ekonomi lokal, " ujar Kepala Kantor Perwakilan BI Sulut Soekowardojo, Rabu (25/1/2018).
Soekowardojo menambahkan pesantren dipandang memiliki peran strategis, yaitu mendukung program ketahanan pangan pemerintah dan pengembangan bisnis syariah karena umumnya usaha yang dikembangkan bergerak di sektor pertanian, perikanan, dan sektor lainnya.
"Pesantren memiliki potensi untuk pemberdayaan ekonomi di lingkungan pesantren maupun masyarakat sekitar.
Sebagian besar pesantren merupakan pusat ekonomi desa dan berperan dalam pengembangan riil aktivitas ekonomi.Alumni pesantren berpotensi untuk menjadi wirausaha," ungkapnya.
Sedangkan alumni pondok pesantren yang berjumlah ribuan bisa dibentuk menjadi wirausaha yang berbudi pekerti luhur, jujur, amanah.
Pada akhirnya, bertambahnya wirausaha ini akan mendukung pertumbuhan ekonomi dan sektor riil, serta mendukung program ketahanan pangan dan pengendalian inflasi daerah. Dengan bertambahnya jumlah wirausaha, pertumbuhan ekonomi akan meningkat.
"Terciptanya wirausaha baru akan menambah lapangan kerja baru dan akan menyerap tenaga kerja, sehingga pengangguran akan berkurang. Apabila pengangguran berkurang, kemiskinan akan berkurang dan pada akhirnya akan menciptakan kesejahteraan masyarakat," ungkapnya.
Apalagi data Kementerian Agama menyebutkan pada tahun 2005 jumlah pesantren mencapai 14.798 dengan jumlah santri 3.464.334. Pada 2012 jumlah pesantren meningkat tajam mencapai 27.230 dengan jumlah santri 3.759.198. Dan data terakhir pada 2013 jumlah pesantren mencapai 29.535 dengan jumlah santri sebanyak 3.876.696. (sumber)
"Kami memberikan bantuan kepada pesantren di Sulut untuk meningkatkan ekonomi lokal, " ujar Kepala Kantor Perwakilan BI Sulut Soekowardojo, Rabu (25/1/2018).
Soekowardojo menambahkan pesantren dipandang memiliki peran strategis, yaitu mendukung program ketahanan pangan pemerintah dan pengembangan bisnis syariah karena umumnya usaha yang dikembangkan bergerak di sektor pertanian, perikanan, dan sektor lainnya.
"Pesantren memiliki potensi untuk pemberdayaan ekonomi di lingkungan pesantren maupun masyarakat sekitar.
Sebagian besar pesantren merupakan pusat ekonomi desa dan berperan dalam pengembangan riil aktivitas ekonomi.Alumni pesantren berpotensi untuk menjadi wirausaha," ungkapnya.
Sedangkan alumni pondok pesantren yang berjumlah ribuan bisa dibentuk menjadi wirausaha yang berbudi pekerti luhur, jujur, amanah.
Pada akhirnya, bertambahnya wirausaha ini akan mendukung pertumbuhan ekonomi dan sektor riil, serta mendukung program ketahanan pangan dan pengendalian inflasi daerah. Dengan bertambahnya jumlah wirausaha, pertumbuhan ekonomi akan meningkat.
"Terciptanya wirausaha baru akan menambah lapangan kerja baru dan akan menyerap tenaga kerja, sehingga pengangguran akan berkurang. Apabila pengangguran berkurang, kemiskinan akan berkurang dan pada akhirnya akan menciptakan kesejahteraan masyarakat," ungkapnya.
Apalagi data Kementerian Agama menyebutkan pada tahun 2005 jumlah pesantren mencapai 14.798 dengan jumlah santri 3.464.334. Pada 2012 jumlah pesantren meningkat tajam mencapai 27.230 dengan jumlah santri 3.759.198. Dan data terakhir pada 2013 jumlah pesantren mencapai 29.535 dengan jumlah santri sebanyak 3.876.696. (sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar